Tonto el que no entienda.
Cuenta una leyenda
Que una hembra gitana
Conjuró a la luna
Hasta el amanecer.
Llorando pedía
Al llegar el día
Desposar un calé.
"Tendrás a tu hombre,
Piel morena,"
Desde el cielo Habló la luna llena.
"Pero a cambio quiero
El hijo primero
Que le engendres a él.
Que quien su hijo inmola
Para no estar sola
Poco le iba a querer."
Luna quieres ser madre
Y no encuentras querer
Que te haga mujer.
Dime, luna de plata,
Qué pretendes hacer
Con un niño de piel.
A-ha-ha, a-ha-ha,
Hijo de la luna.
De padre canela Nació un niño
Blanco como el lomo
De un armiño,
Con los ojos grises
En vez de aceituna --
Niño albino de luna.
"¡Maldita su estampa!
Este hijo es de un payo
Y yo no me lo callo."
Luna quieres ser madre
Y no encuentras querer
Que te haga mujer.
Dime, luna de plata,
Qué pretendes hacer
Con un niño de piel.
A-ha-ha, a-ha-ha,
Hijo de la luna.
Gitano al creerse deshonrado,
Se fue a su mujer,
Cuchillo en mano.
"¿De quién es el hijo?
Me has engañado fijo."
Y de muerte la hirió. Luego se hizo al monte
Con el niño en brazos
Y allí le abandonó.
Luna quieres ser madre
Y no encuentras querer
Que te haga mujer.
Dime, luna de plata,
Qué pretendes hacer
Con un niño de piel.
A-ha-ha, a-ha-ha,
Hijo de la luna.
Y en las noches
Que haya luna llena
Será porque el niño
Esté de buenas.
Y si el niño llora
Menguará la luna
Para hacerle una cuna.
Y si el niño llora
Menguará la luna
Para hacerle una cuna
Kamis, 02 Desember 2010
Jumat, 19 November 2010
RESENSI BUKU
Judul : Beloved (Terkasih)
Nama Penulis : Diana Palmer
Nama Penerbit : Gramedia
Tempat Penerbit : Jakarta
Tahun Terbit : 2007
Jumlah hal : 255
Sinopsis :
Kelebihan :
- Penjabaran karakter tokoh sangat mendetail
- Urutan kejadiannya sangat runtut
Kekurangan :
- Bahasanya kurang baik
- Terjemahannya agak sulit dipahami
Penilaian terhadap buku :
Sudah baik, namun ada beberapa kekurangan yang perlu diubah. Sehingga dapat membuat pembaca lebih tertarik dalam membaca buku ini.
Nama Penulis : Diana Palmer
Nama Penerbit : Gramedia
Tempat Penerbit : Jakarta
Tahun Terbit : 2007
Jumlah hal : 255
Kertas yang digunakan : HVS
Warna Sampul : Hijau Sejak pertama bertemu, Tira jatuh hati pada Simon Hart. Tapi sayangnya, Simon sudah menikah. Tak ingin merusak rumah tangga Simon, Tira setuju menikah dengan sahabat Simon, John Beck.
Ternyata pernikahan Tira dan John hanya bertahan 1 bulan. Setelah menjanda, Tira malah terus mendampingi Simon yang mengalami kecelakaan sehingga tangannya harus diamputasi dan istrinya sudah meninggal.
Simon langsung bisa melihat bahwa setelah istrinya meninggal, Tira sangat mengharapkan cintanya, tapi ia membenci Tira karena mengira wanita itu sengaja bercerai supaya bisa mengejar cintanya. Namun pada saat Tira mulai dekat dengan pria lain, Simon malah cemburu. Kini giliran dia yang mengejar-ngejar Tira. Akankah kisah cinta Tira akan abadi dengan Simon??
Kelebihan :
- Penjabaran karakter tokoh sangat mendetail
- Urutan kejadiannya sangat runtut
Kekurangan :
- Bahasanya kurang baik
- Terjemahannya agak sulit dipahami
Penilaian terhadap buku :
Sudah baik, namun ada beberapa kekurangan yang perlu diubah. Sehingga dapat membuat pembaca lebih tertarik dalam membaca buku ini.
Kamis, 11 November 2010
ASAM-MANISnya Studiku di SMADABO
<!-- @page { margin: 2cm } P { margin-bottom: 0.21cm } -->
Bangunannya yang megah, luas, dan juga susunan ruangannya yang rapi membuat nilai tambah tinggi untuk sekolah ini.Itu juga alasan yang akhirnya membuatku akhirnya memilih untuk melanjutkan sekolah disini. Sekolah yang terletak di JL.HOS Cokroaminoto no:09Bojonegoro. Pada tanggal 3 Juli 2009, di sekolah itu ramai sekali dengan siswa-siswi yang akan mendaftar disana. Bahkan aku pun juga ikut terlibat di dalamnya. Pada saat aku mendaftar disana, aku sempat ragu dan takut karena sepertinya tak ada seorangpun yang aku kenal disana kecuali teman-teman ku SMP dulu. Lalu tiba-tiba ada seorang gadis berjibab yang mengajakku berkenalan. Rumahnya di Mojoranu. Tapi aku lupa dengan nama gadis itu. Sayang sekali, dia tidak diterima di sekolah ini. Sedangkan aku diterima.
Hari pertama yang dilaksanakan para siswa-siswi baru adalah melaksankan MOS (Masa Orientasi Siswa). Dimana ada banyak sekali peraturan-peraturanyang harus kita jalani sebagai murid baru. Aku masuk kelas X-7. Disana aku duduk dengan Mega. Dia adalah siswi dari Kalitidu. Aku kenal dia melalui temanku SMP dulu yang rumahnya juga Kalitidu. Waktu menjalani MOS aku selalu terkena hukuman. Hari pertama aku kena hukuman karena melanggar salah satu peraturan yaitu tidak membawa air minum sebanyak 1000 ml. Dengan ketentuan: 600ml ir botol aqua tanggung, dan yang 400ml terserah. Aku bingung harus mencari kemana air ber-segel sebanyak 400ml??. Ternyata semua itu ada trik nya sendiri. Hari kedua aku tidak kena hukumn gara-gara air minum, melainkan karena kurangnya jumlah tanda tangan pada bukuku. Aku sempat putus asa & jengkel kepada senior kelasku. Kenapa begitu rumit dalam menjalani MOS ini??pikirku. Namun pada hari ketiga, tidak ada lagi acara hukum-hukuman ataupun marah-marahan. Ini benar-benar hal yang mengesankan sekali seumur hidupku. Aku tidak pernah menjalani MOS yang seperti ini. Karena dulu waktu SMP tidak ada MOS yang seperti ini, disuruh bawa ini-itu, dihukum, dan dimarahi. Berbeda sekali dengan yang aku alami saat ini, ketika aku duduk di bngku SMA.
Selang dengan berjalannya waktu, aku pun akhirnya mengenal satu per satu teman sekelasku. Ternyata mereka orangnya sangat baik-baik. Walaupun ada beberapa orang yang jahil & menjengkelkan. Namun itu itu semua dapat tertutupi dengan adanya kebersamaan & kekompakan kita saat itu. Aku pun sempat membuat sebuah grup yang bernama Scaters_U. Yang beranggotakan Aku, Firda, Diah, Mega, Kiki, dan Ida. Kemana-mana kita selalu bersama, belajar pun bersama Bahkan sampai saat ini. Meskipun kita sekarang berbeda kelas , namun apabila ada waktu luang kita selalu menyempatkan diri untuk bersama-sama. Selain grup yang kami buat, ada juga 1 grup lain di kelas X-7. Yang beranggotakn semua warga kelas X-7 dengan nama PKI (Persatuan Kelas Idaman). Dengan motto kami yang menonjo "Rapatkan Bangku, Satukan Barisan. Bersatu kita Seratus, Bercerai kita Remidi". Itulah hal yang selalu mereka lakukan ketika ulangan.
Kita tahu, bahwa sesuatu hal yng baru pasti akan sulit untuk kita terima. Itulah yang aku rasakan ketika mendapat pelajaran di SMA. Berbagai rintangan telah aku hadapi agar bisa menuntaskan nilai SKBM ku. Dan alhamdulillah, aku mendapatkan peringkat kelas. Aku sangat senang sekali dengan guru-guru di SMA ini. Meskipun aku baru saja menjadi siswi disini, namun akun sudah bisa menilai bahwa "tak ada seorang guru pun yang membeda-bedakan murid satu dengan yang lainnya." Dan itu memberikan nilai tambah lagi untuk penilaian ku terhadap sekolah ini.
Ketika aku harus naik kelas XI & berpisah dengan teman-teman kelas X, aku merasa sangat sedih sekali. Apalagi harus berpisah dengan sahabat terdekatku, anggota Scaters_U. Dulu aku dan juga teman-teman sekelas selalu menjalani belajar bersama dalam 1 ruangan. Bercanda bersama, nakal bersama, ramai bersama, bahkan dihukum pun juga bersama. Tapi kini kita harus belajr dalam ruangan yang bebeda. Meskipun saat ini ada beberapa temanku kelas X dulu yang sekelas denganku di kelas XI IA 1 ini. Yaitu Deby, Adhe, Lita, dan Destaray. Tapi aku sangat rindu sekali dengan kebersamaan & kekompakan kelas X-7 lagi seperti dulu. Dimana dulu kelas itu pernah mendapat juara 3 dalam Lomba Kebersihan Kelas antar kelas. Dan itu merupakan penghargaan terbaik untuk kelas ku saat itu. Namun sekarang aku harus melangkah dan menuai prestasi lagi di kelas XI ini. Untuk tetap bisa meraih prestasi seperti dulu.
Kamis, 04 November 2010
Rindu Sahabatku
Semilir angin menerpa tubuhku
Menghempas hatiku ke ladang itu
Daun-daun kering menjadi saksi
Saksi kebisuan kepergianmu
Pikirku jauh melayang pergi
Teringat saat kau disini
Raut wajahmu yang slalu menyinari
Mengiringi indahnya mentari
Kini......
Semua tinggal kenangan
Aku sendiri duduk kesepian
Termangu pada penantian
Penantian yang hanya untukmu
Kini.....
Harapanku tlah musnah
Hancur di telan musnah
Saat kau pergi menutup mata
Menghempas hatiku ke ladang itu
Daun-daun kering menjadi saksi
Saksi kebisuan kepergianmu
Pikirku jauh melayang pergi
Teringat saat kau disini
Raut wajahmu yang slalu menyinari
Mengiringi indahnya mentari
Kini......
Semua tinggal kenangan
Aku sendiri duduk kesepian
Termangu pada penantian
Penantian yang hanya untukmu
Kini.....
Harapanku tlah musnah
Hancur di telan musnah
Saat kau pergi menutup mata
Langganan:
Postingan (Atom)